Yeah… Lama kelamaan saya malah ketagihan mengarang bebas tentang pesawat … Karena cukup bosen juga bahas otomotif roda dua maupun empat, dan udah banyak juga yang bahas hal tersebut… Makanya lebih seneng bahas pesawat sesuai dengan obsesi saya beberapa tahun lalu 😳 … Kemarin sudah bahas pesawat pribadi dari Gulfstream asal Amerika, kini giliran dari Airbus yang berasal dari Perancis… Airbus Corporate Jet (ACJ) adalah sebenernya bisa dibilang modifikasi resmi dari Airbus dari pesawat komersial menjadi pesawat pribadi yang mewah… Sebenernya ada banyak ACJ yang ditawarkan oleh Airbus, mulai dari ACJ320 family sampai ACJ380, namun kali ini mau ngelantur bahas ACJneo family dulu…
ACJneo saat ini baru tersedia ACJ320neo dan ACJ319neo, entah kenapa mungkin anggota keluarga lainnya akan nyusul 😆 … Seperti yang saya bilang tadi baik ACJ320neo dan ACJ319neo basicnya adalah dari pesawat komersial, ya A320noe dan A319neo… A320neo (new engine option) sendiri merupakan pesawat “facelift” dari A320 dengan beberapa perbedaan dan tentu saja perbedaan paling besar pada mesinnya…
Mirip mirip lagh dengan Airbus A320 family versi komersial, ACJneo juga dibekali dengan mesin terbaru… CFM I LEAP-1A dan Pratt & Whitney (PW) PW1100G adalah dua mesin official yang dibekalkan kepada dua pesawat tersebut… Kemarin sudah sedikit nyrempet nyrempet bahas CFM I LEAP-1A pada artikel di sini… Tentu saja baik CFM I dan PW menawarkan mesin yang lebih efisien baik dari segi konsumsi bahan bakar maupun jarak tempuh dari mesin versi sebelumnya…
Selain pilihan mesin baru apalagi yang ditawarkan sebuat jet pribadi kalau bukan kenyamanan… Suasana cabin yang mewah khas kelas VVIP, nyaman dan juga terlihat futuristik… Dengan kapasitas penumpang bisa mencapai puluhan orang, ya wajar saja karena bila dibandingkan dengan Gulfstream G650 kemarin lebih lega ini …
Bila melihat cabinnya, bah jelas lebih keren berpuluh puluh kali lipat dibandingkan kamar saya … Corporate Jet jelas saja menawarkan cabin yang super mewah untuk menjadi daya tarik tersendiri dalam menggaet kastamernya… Meskipun sebenernya interior bisa diutak atik, namun juga tidak asal asalan untuk memodifikasi interiornya… Ada penasehat ahli yang akan memberikan masukan pada saat mengutak atik interior ACJ ini, kan tidak mungkin kolam renang mau dimasukin …
Gliran melirik kemampuan si ACJneo si corporate jet dengan sharklets yang menjulang setinggi 2,4 meter di kedua tepi sayapnya… Untuk ACJ302neo sendiri dengan kapasitas 25 penumpang sanggup terbang sejauh 6.000 NM (Nautical Miles/Mil Laut) atau setara dengan 11.000an km… Sedangkan untuk ACJ319neo dengan penampung 8 penumpang sanggup terbang sampai 6.750 NM atau kurang lebih setara dengan 12.500an km… Bandingkan dengan A320neo versi komersial yang hanya mampu menempuh jarak sekitar 3.800 NM…
Pesawat dengan launch customer Alpha Star yang memiliki home base di Riyadh ini sejatinya akan berhadapan dengan Boeing Busines Jet 3 (BBJ3)… Apa itu BBJ3…?? Dia adalah adk dari BBJ2, sudah cukup akrab dengan BBJ2…?? Yap, pesawat BBJ2 adalah pesawat kepresidenan Republik Indonesia dengan nomer ekor A-001 😎 … Besok coba giliran bahas tentang Boeing Busines Jet (BBJ), sekarang mau sepedaan dulu :mrgreen:… Oiya, semua gambar dari Airbus, makanya ga berani kasih watermark … Hasta mañana…
ditunggu hasil test drivenya…
ACJ dan BBJ memang menyasar ke segmen “rombongan besar” diatas 15 orang, biasanya yg kayak gini kan rombongan kenegaraan, sementara yg seperti Gulfstream lebih ke corporate/private jet yg jumlah rombongannya paling cuma 5-10 orang. Ini demi menjaga kenyamanan (dan kemewahan) penumpangnya tetap dalam taraf maksimum selama flight.
Soal jarak tempuh ya nggak bisa dibanding dg versi komersil lah, kan total bobot muatannya bisa separo yg komersil
*emangnya bizjet juga angkut cargo? 😀
suara mesin jet pesawat angkut haji 747-400 yg 4 mesin itu,
kok ngak seberisik batik lion air 737 yg cuma 2 yach?
itu dengernya dari dalam kabin atau luar (sdg di parkiran pesawat) ?
dalam keadaan take-off atau idle (parkir) ?
lagi lepas landa om , liat dari rumah darah cijantung denger suarnya ngak berisik gitu
dan juga mau turun,
pas kemaren liat dari pom pertamina depan nestle,
juga ngak berisik
kalu lion yg pake MD 90 khan pas lepas landas itu berisik banget
Secara timing, saat take-off memang cukup mewakili utk mengukur tingkat kebisingan (saat engine full power). Namun yg sering kita tidak ketahui adalah kondisi dari masing2 pesawat spt: bobot total saat take-off, karena bobot pesawat saat take off dg penumpang penuh (plus kargo), separo dan sepetiga akan mempengaruhi beban kerja tiap engine (“ngeden” atau “ecess”). Dan kondisi spt ini akan berbeda dari satu flight ke flight berikutnya.
Bahkan panjang landasan juga berpengaruh lho, dimana kalau panjang landasannya “mepet” [pilot juga akan cenderung “push the engine to the max” agar segera airborne (ngangkat dari bumi secepatnya) walapun bobot total muatan sebenarnya mungkin cuma separo.
Utk sederhananya saya coba sederhanakan dg asumsi baik B747 maupun B737 take-off sama-sama dg muatan penuh, dan panjang landasan juga lebih dari cukup.
B747-400 :
total daya dorong engine = 4 x 280.000 N = 1.120.000 N —> Thrust (T)
bobot max take off = 390.000 kg —> Weight (W)
Thrust to Weight Ratio (TWR) yg dialami seluruh engine = T/W = 2,87 N/kg
B737-900ER :
total daya dorong engine = 2 x 120.000 N = 240.000 N —> Thrust (T)
bobot max take off = 80.000 kg —> Weight (W)
Thrust to Weight Ratio (TWR) yg dialami seluruh engine = T/W = 3 N/kg
Dari analisa kasar diatas kertas bisa “dirasakan” bahwa engine B737 terkesan lebih “ngeden” dibanding B747 saat keduanya take-off, dan umumnya ini berbanding lurus dg kebisingan engine yg terdengar oleh manusia sekitarnya
Again, bicara kebisingan maka harusnya kita bicara dalam satuan “decibel”, alat ukurnya tahu kan ya? 😀
Oh iya, satu lagi, soal generasi teknologi. B747-400 (dan engine-nya) itu “angkatan 70-an” sementara B737-900ER masuk “angkatan 2000-an”, maka IMHO, kalau saja pesawat batik/lion itu engine-nya masih pake teknologi generasi yg sama dg B747-400, bayangan saya T/W nya akan mendekati 4. 😉
“Mad Dog” MD90 adalah contoh engine teknologi “angkatan 80-an” 😀